Kaget usia sudah tidak muda lagi apalagi orangtua juga semakin sering menanyakan kapan akan menikah, hal tersebut terkadang memunculkan sebuah pertanyaan yang terus-menerus mengganggu pikiran dan membuat hati menjadi gelisah, “Tuhan kapan saya menikah”, “apakah saya bisa mendapatkan jodoh sesuai keinginan saya”, “bisakah dalam waktu dekat saya bisa menikah”, dan lain-lain.
Unsur dalam perkawinan yang paling penting adalah cinta dan kekaguman semacam pondasi berdirinya rumah tangga, tanpa pondasi tersebut dikhawatirkan rumah tangga akan rusak dan mudah patah bila ada sesuatu hal atau masalah yang muncul dapat mengganggu kehidupan perkawinan kedepannya apalagi unsur tersebut berkaitan erat dengan komunikasi.
Menikah bukan lantaran masalah kita sudah selesai ataupun perjalanan kita sudah berhenti, melainkan langkah awal dari sebuah perjalanan menuju masa depan bahwa tuntutan dan kebutuhan manusia menjadi lebih kompleks lagi dengan tantangan zaman yang berbeda-beda termasuk godaaannya semakin menggila dari waktu ke waktu.
Perkawinan di dalamnya ada unsur cinta dan kekaguman lantaran ada nilai-nilai kebaikan yang kuat sudah tertanam dengan sendirinya ketika proses pengenalan dulu, mereka bisa belajar menerima pasangannya, saling membantu satu sama lainnya dan mensyukuri menerima apapun hasilnya yang diberikan oleh pasangannya.
Konsep perkawinan bukan hanya sekedar laku ataupun sudah ada yang meyokong kehidupannya melainkan hubungannya satu sama lainnya saling setara atau saling bekerjasama untuk saling membahagiakan pasangannya dan saling menghargai perbedaan demi kenyamanan dan keamanan kebutuhan perasaan pasangannya, baca juga indahnya pacaran setelah menikah.
Bila menikah hanya untuk memikirkan sekedar laku ataupun ada menyokong kehidupannya yang ada malah ketidakbahagiaan karena di dalam hubungan perkawinannya tidak ada nilai-nilai kebaikan yang tertanam kuat dalam hubungannya sehingga paling dominan yang muncul adalah keegoisan berasal dari salah satu pihak.
Melakukan perkawinan tanpa dasar cinta yang kuat atau terburu-buru melangsungkan perkawinan bisa berlangsung mulus dalam perjalanan kedepannya apalagi tiga bulan berkenalan sudah mengajak menikah bahkan mendesak kita apakah mau menikah dengannya atau tidak, walaupun kita merasa dekat dengannya tetapi kita tidak merasa jatuh cinta kepadanya.
Jika memaksa untuk menerimanya dan menikah dengannya, sekarang siapa yang bisa menjamin dalam perkawinan tersebut akan muncul di dalamnya kebaikan-kebaikan tetapi bagaimana kalau terjadi sebaliknya ada perilaku pasangan yang belum kita pahami betul justru membuat pasangan semakin menjauh dan akhirnya kita menyesali keputusan menikah dengannya.
Resiko menikah tanpa dasar cinta yang kuat atau terburu-buru melangsungkan perkawinan supaya dianggap laku ataupun ada yang menyokong kehidupannya adalah sesuatu yang sangat berisiko besar kedepannya karena mengambil keputusan tidak ada perhitungan yang matang atau tanpa berpikir panjang langsung mengambil tindakan ibarat kata pepatah “Bagaikan beli kucing dalam karung”.
Tentu saja perasaan jatuh cinta atau sedang dekat dengan seseorang semuanya harus kita kalkulasikan semuanya dengan rasio, apakah ini memang hanya jatuh cinta yang bersifat sesaat atau benar-benar jatuh cinta yang memiliki dasar yang kuat untuk dilanjutkan ke arah perkawinan. Syarat perkawinan yang ideal di dalamnya harus ada komitmen yang kuat, ada kecocokan yang kuat satu sama lainnya dan memiliki ketertarikan yang tinggi.
Jadi, kita harus mengusahakan sendiri lebih keras untuk bertemu dengan seseorang sesuai keinginan kita dan berdoa meminta bantuan Tuhan untuk dipertemukan olehnya, tentu saja tidak dengan terburu-buru ingin secepatnya menikah walaupun usia tidak muda lagi, sebab hal ini salah satu bagian dari perkawinan yang awet, baca juga siap untuk diajak menikah atau cocok untuk dijadikan pacar.
Kesimpulannya: Tuhan kapan saya menikah bahwa perkawinan bukan hanya sekedar laku ataupun bukan lantaran masalah kita sudah selesai melainkan menyadari bahwa tuntutan dan kebutuhan manusia menjadi lebih kompleks lagi dengan tantangan zaman yang berbeda kedepannya, perkawinan tanpa dasar cinta yang kuat atau terburu-buru melangsungkan perkawinan maka tidak ada nilai-nilai kebaikan yang tertanam dalam hubungannya sehingga paling dominan yang muncul adalah keegoisan berasal dari salah satu pihak.
Terima kasih sobat sudah berkunjung dan memberikan waktu luangmu untuk sejenak membaca Tuhan kapan saya menikah, jangan lupa membookmark atau berbagi artikel ini ke teman-temanmu, semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan untuk kita semua. Sobat ada tanggapan lain?
saya setuju dengan tulisan ini meski terkadang suka kesel dengan orang-orang disekitar yang kepo dan ngejudge gak laku dan buruknya lagi disebut perawan tua. itu bikin sakit hati, jadi suka mikir, ya udah deh kalau ada yang mau, gue bakal nikah sama dia, tapi balik lagi, gue kan pengen nikah sama belahan jiwa gue. selama gue belum ketemu dia, ya udah gue mesti berusaha buat cari lagi. gak pengen nikah asal-asalan.
setuju juga sista menikah bukan dilakukan asal-asalan bukan juga sekedar laku, terima kasih sista iilajah sudah berkunjung dan membaca, semoga bermanfaat