Home / Emosi Cinta / Pelecehan Emosional Pernikahan Belajar dari Perceraian Ria Ricis

Pelecehan Emosional Pernikahan Belajar dari Perceraian Ria Ricis

pelecehan emosional pernikahan - melek cinta tempatnya belajar cinta

Jika kamu merasa terhina, terluka, dan rapuh dalam menjalani pernikahan. Kamu mengalami pelecehan emosional pernikahan dari pasangan. Tujuan pelaku melakukan ini untuk mengendalikan korban dengan cara mendiskreditkan, mengisolasi, dan membungkam.

Disclaimer! Artikel ini bersifat edukasi pranikah dibutuhkan kedewasaan dan kebijakan pembaca.

Seperti yang kita ketahui, salinan putusan cerai Ria Ricis dan Teuku Ryan yang tersebar di media sosial mengungkapkan fakta-fakta perceraian. Mulai dari buruknya komunikasi, konflik antara mertua dengan menantu, situasi stres, dan perbedaan yang tidak dapat didamaikan.

Lebih suka nonton video pelecehan emosional pernikahan dari perceraian Ria Ricis?

John Gottman, seorang psikolog dan seksolog lewat bukunya berjudul “What Predicts Divorce?”, bahwa ada empat penyebab terbesar perceraian yang terjadi.

  • Penghinaan.
  • Kritik berlebihan.
  • Sifat defensif.
  • Stonewalling atau dikenal ngomong sama tembok.

Empat penyebab perceraian tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan John Gottman selama lebih 50 tahun terhadap 40.000 pasangan. Untuk artikel ini, saya lebih membahas seputar stonewalling dan penghinaan terhadap pasangan.

Baca juga: Nafkah Batin Istri Gagal Dipuaskan Ria Ricis Minta Cerai

Ngomong sama tembok (stonewalling) adalah prediksi pertama utama perceraian

pelecehan emosional pernikahan - melek cinta tempatnya belajar cinta
Ria Ricis dan Teuku Ryan (Instagram@riaricis1795)

Prediksi pertama dari pernikahan yang gagal adalah stonewalling terhadap pasangan. Perilaku Teuku Ryan yang mendiamkan Ria Ricis seminggu karena tidak punya uang dan baru baikan setelah Ria Ricis berinisiatif mentransfer Rp500 juta.

Perilaku tersebut bisa disebut stonewalling, Perilaku tersebut bisa disebut stonewalling, sikap pasangan yang suka diam seribu bahasa saat mengalami konflik. Ia merasa tidak nyaman untuk mendiskusikan perasaannya. Tidak jarang, ia cenderung mengabaikan, menolak, dan menjauh dari diskusi yang bikin stres.

Ciri-ciri pasangan yang suka melakukan stonewalling saat ada konflik:

  • Menolak menjawab pertanyaan.
  • Tiba-tiba pergi di tengah pertikaian.
  • Menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan.
  • Suka mengulur waktu dengan cara mendiamkan.
  • Mencoba mengubah topik pembicaraan tertentu.
  • Menolak untuk disalahkan.
  • Menolak untuk mengakui perilaku diamnya.
  • Sekali berbicara suka menuduh.

Perilaku stonewalling lebih banyak dilakukan oleh suami ketimbang istri saat ada konflik

Sikap diam dan abai ini lebih banyak dilakukan oleh suami ketimbang istri saat mengalami konflik karena suami ingin berada dalam posisi berkuasa. Sikap diam dan abai ini biasanya berasal dari pola pengasuhan orang tua.

Alasan pasangan melakukan stonewalling sebagai upaya untuk menghukum pasangan atau taktik manipulasi untuk menghindari pertanggungjawaban. Pasangan suka stonewalling untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Ini sebabnya stonewalling juga salah satu dari four horsemen of the apocalypse, singkatnya gaya komunikasi toksik yang bisa merusak hubungan romantis karena termasuk perilaku silent treatment terhadap pasangan.

Efek pasangan yang suka sekali melakukan stonewalling bukan malah meredakan konflik atau membuat pasangan jadi lebih tenang. Yang ada malah menyakiti dan bikin frustrasi. Dampaknya malah merusak hubungan, seperti perceraian.

Stonewalling bukan sikap pasif pasangan tapi lebih ke arah sikap bungkam

Kamu menghadapi pasangan seperti ngomong sama tembok saat ada konflik. Bahwa sikap diam dan abai yang dia lakukan bukanlah sikap pasif pasangan, tapi lebih ke arah sikap bungkam yang mendiamkan kamu.

Karena pasangan yang pasif itu cenderung berdiam diri dulu untuk mendengarkan penjelasan kamu, lalu dia akan memikirkan jalan keluarnya bareng kamu. Pasangan yang pasif akan membicarakan masalah itu saat keadaan lebih tenang.

Baca juga: Tidak Diberi Nafkah Layak Ria Ricis Gugat Cerai Teuku Ryan

Penghinaan terhadap pasangan adalah prediksi kedua utama perceraian

pelecehan emosional pernikahan - melek cinta tempatnya belajar cinta
Ria Ricis dan Teuku Ryan (Instagram@riaricis1795)

Prediksi kedua utama dari pernikahan yang gagal adalah penghinaan terhadap pasangan karena penghinaan akan selalu ke arah perkataan yang negatif.

Setelah Ria Ricis melahirkan ada ucapan Teuku Ryan tentang persoalan fisik hingga implan. Ryan pernah berkata, “Badan kamu terlalu kurus, baiknya makan yang banyak!”

Termasuk komentar Teuku Ryan yang menyebutkan dada Ria terlalu rata. Ucapan tersebut bikin Ria Ricis merasa tertekan secara psikis (merasa buruk, hina, dan tidak diinginkan oleh suami).

Pasangan yang suka berkata negatif akan merasa lebih pintar, baik, atau merasa lebih hebat. Tentu saja sikap ini akan membuat pasangannya merasa direndahkan atau merasa tidak dicintai lagi.

Contohnya, perilaku pasangan yang suka sekali menyela obrolan. Ini menandakan dia merasa pasangannya tidak memiliki nilai atau sesuatu yang penting untuk dikatakan atau didengar.

Cara untuk menghilangkan komunikasi menghina pasangan

Tipsnya cuma satu, kalian harus saling terbuka dan jujur mengenai emosi yang kalian rasakan satu sama lain. Biar gampang saya kasih contoh, kalian sudah merencanakan dinner romantis di restoran favorit berdua.

Tapi tiba-tiba saja dia membatalkan acara dinner romantis yang sudah kalian rencanakan, jadi ketimbang kamu marah-marah atau memaki dia lebih baik gunakan komunikasi tidak menghina pasangan.

Ungkapkan saja apa yang kamu rasakan, seperti rasa kecewa yang bisa kamu sampaikan secara baik dan sopan. Lalu tambahkan juga apa permintaan kamu, istilahnya ajak dia untuk sama-sama berpikir. Misalnya pengganti dinner romantis yang sudah dia batalkan.

Tips komunikasi mesra tanpa banyak drama

Kunci pernikahan yang bahagia dan sehat, hindari jenis komunikasi yang menghina pasangan. Ganti sama komunikasi yang berfokus mengekspresikan rasa penghargaan pada pasangan. Evaluasi gaya komunikasi kalian minimal selama seminggu.

  • Seberapa sering kalian terlibat interaksi negatif ketimbang berinteraksi positif sama pasangan?
  • Sudahkah minimal minggu ini kamu melakukan sesuatu yang romantis buat pasangan. seperti menjadi pendengar yang baik buat istri atau suamimu.
  • Sudahkah kamu berkata lemah lembut sama istri atau suamimu?
  • Sejauh manakah kalian saling membimbing dalam kebaikan?
  • Seberapa sering kamu memeluk istri atau suamimu agar dia nyaman dalam pernikahannya?

Info: contoh interaksi negatif seperti suka mengomel, mengabaikan, atau mengkritik habis pasangan, sedangkan Interaksi positif seperti memuji pasangan atau memberikan perhatian.

Terima kasih sudah membaca dua pelecehan emosional pernikahan bisa menjadi penyebab perceraian. Kalau kamu rasa postingan ini bermanfaat, silakan share di media sosialmu agar teman-temanmu dapat value yang sama. Semoga kebermanfaatan ini terus berlanjut!

Yang ingin curhat masalah cinta dan menginginkan solusi profesional tanpa menghakimi. Teman curhat bareng psikolog klinis via chat bukan bersifat konseling, Untuk curhat bisa ke teman curhat

Yuk kita belajar bareng seputar relasi keintiman dalam hubungan romantis. Subscribe Youtube @Melek Cinta, Instagram @Ruang Cinta, dan Facebook @Melek Romansa. Follow juga konten keintiman yang dipersonalisasi @Google News

Apa komentarmu tentang pelecehan emosional pernikahan ini? Kamu punya pengalaman yang sama bisa berbagi mungkin kita semua bisa belajar dari pengalaman kamu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top