Melek Cinta - Emosi Cinta - Pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat

Pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat

Perkaya wawasan kamu semua hal tentang keintiman dalam hubungan romantis, termasuk isu bercinta. Follow Google News Melek Cinta

Mengapa pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat? Hubungan yang kamu jalani akan menorehkan sebuah luka atau sakit hati yang mengenaskan. Kata lainnya, kamu akan menderita trauma akut gara-gara kekerasan fisik maupun psikis yang dilakukan oleh sang pacar selama menjalani hubungan pacaran.

Efek dari gaya pacaran kelewatan batas selalu korban yang merasakan atau bersentuhan langsung dengan peristiwa tersebut. Mengapa? Korban ikut melihat, mendengar dan mengingat semua peristiwa memilukan tersebut, apalagi korban pacaran kelewatan batas paling banyak adalah cewek.

Pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat akibat sang pacar berhasil menciptakan gaya pacaran penuh dengan rasa ego dan egois. Dirinya memiliki niat dan tujuan berpacaran hanya sebatas seks dengan memberikan pemahaman keliru kepada pacarnya seberapa besar rasa sayang dan cinta pacar kepada dirinya

Posisi cewek yang lemah untuk menolak ataupun melawan cowoknya dikarenakan si cewek ketakutan menyangkut kenyamanan dan keamanan hubungannya ke depan. Contohnya takut diputus oleh cowoknya atau takut tidak dinikahi oleh cowoknya. Tak heran, si cewek kerap mengesampingkan logika berpikirnya dengan menyetujui apa pun permintaan dari cowoknya yang kelewatan batas.

Contoh fase awal trauma korban dari gaya pacaran kelewatan batas terlihat saat korban, terutama cewek. Dirinya mulai kehilangan kontrol diri dengan menangis begitu keras, menjadi pribadi yang tertutup, bungkam atau diam seribu bahasa hingga ada keinginan mau mati saja (bunuh diri). Penyebabnya korban tidak kuat menerima tekanan batin akibat pacarnya lari dari tanggung jawab.

Di sisi lain, korban juga menderita tidak hanya kekerasan fisik maupun verbal, tetapi juga kekerasan seksual akut. Contoh kasusnya cewek yang positif mengidap HIV gara-gara diajak cowoknya melakukan hubungan badan badan di luar nikah selama pacaran. Tak heran, cewek yang menjadi korban selalu curiga kepada siapapun cowok yang mendekatinya. Dalam benaknya semua cowok itu sama jahatnya hanya mau mengajaknya tidur dan menulari penyakit.

Untuk mengatasi trauma akibat pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat adalah tekankan menjadi pendengar yang baik dan keterbukaan sebagai hal yang pertama. Pendengar yang baik untuk memancing korban mau mengeluarkan semua hal yang disimpannya, walaupun apa yang diceritakannya adalah hal yang sama dan berulang-ulang.

Masalahnya kalau korban tidak mau berbicara apa pun, jalan terbaiknya adalah harus menunggu sampai korban mau terbuka dan jangan dipaksa. Jika korban masih saja tidak mau berbicara, pilihannya bisa menggunakan terapi tulisan agar korban menumpahkan semua isi perasaannya ke dalam tulisan apa yang dirasakannya.

Di sisi lain, keterbukaan untuk membangkitkan kepercayaan korban dengan hadir sebagai sosok yang dirindukan oleh korban. Cewek yang menjadi korban kekerasan pacaran kelewatan batas sangat merindukan sosok pelindung, kasih sayang, perhatian, dan pelukan hangat terhadap kenyamanan maupun keamanan perasaannya.

Tak heran, cewek yang menjadi korban pacaran kelewatan batas kerap dijumpai dirinya tidak pernah memperoleh sosok cowok yang bisa melindungi dan menghargai dirinya. Cowok yang dulu menjadi pacarnya selama masa pacaran selalu saja menganiaya dirinya tidak hanya kekerasan fisik maupun psikis.

Tetapi juga, kekerasan verbal maupun seksual dengan menggunakan ancaman-ancaman agar ceweknya menuruti apa pun permintaan si cowok tanpa terkecuali. Cowok yang mengumbar nafsu belaka kepada ceweknya dan beranggapan pacaran hanya untuk seks adalah tipe cowok pengecut bukan gentleman. Mengapa? Tipe cowok ini adalah orang yang suka lari dari tanggung jawab setelah berbuat “lempar batu sembunyi tangan”.

Jika korban sudah memperoleh sosok yang dirindukannya, dirinya akan mulai berani bercerita tentang gaya pacaran yang kelam bersama pacarnya dulu. Bermula dari keterbukaan itu, korban sedikit demi sedikit berubah. Dengan demikian, dirinya mulai berani untuk menceritakan peristiwa pahitnya hingga kembali berinteraksi atau bisa berbaur kembali.

Tidak semua korban pacaran kelewatan batas mengalami depresi, tetapi cenderung bersikap memberontak saat dirinya hendak dihilangkan traumanya. Bahwa korban bersikap seperti itu karena dirinya tidak menyadari sudah menjadi korban dari gaya pacaran kelewatan batas selama masa pacaran.

Korban yang cenderung memberontak akibat tekanan dari pihak keluarga ingin anaknya berterus terang untuk menyampaikan semua kejadiannya. Langkah terbaiknya adalah berusaha dulu memulihkan mental korban dari trauma lewat terapi komunikasi untuk memberikan kepercayaan dan mengajak mengobrol kepada korban.

Ungkapan atau pujian penghargaan bisa membuat korban semakin bangkit dan perasaan terpuruk semakin terkikis. Kata lainnya, korban semakin percaya diri ketika berkomunikasi kepada siapapun. Pemulihan trauma akibat pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat selalu saja menorehkan luka yang amat dalam bagi korban, terutama cewek.

Hindari segala macam bentuk sikap yang menghakimi korban agar kenangan kelamnya tidak kembali lagi. Upayakan bagaimana caranya korban percaya dan merasa dirinya setara lagi terhadap lingkungannya. Upaya ini harus didukung dengan suasana kekeluargaan bisa menyembuhkan traumanya secara alami, termasuk pemberian pujian bisa membantu dirinya menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun energi positifnya untuk bangkit dari keterpurukan.

Pujian bisa membuat korban menjadi merasa nyaman dan aman terhadap kebutuhan perasaannya. Berawal dari sana bisa membentuk kembali rasa percaya diri semakin kuat dan tebal. Keterbukaan dan kedekatan bisa membuat korban mau menerima nasihat sebagai pegangannya di kemudian hari, bahwa kekerasan atas nama cinta apa pun bentuknya tidak dibenarkan.

Kesimpulan pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat

Ketika kita mengetahui ada sahabat atau saudara kita menjadi korban dari gaya pacaran kelewatan batas, kita bisa menemaninya dengan tidak membiarkannya sendirian. Jangan pernah mengatakan kepada korban, semuanya akan baik-baik saja tetapi dengarkan saja. Jangan pernah ikut-ikutan marah, menyalahkan atau menghakiminya seolah-olah korban yang salah tetapi tetap kendalikan luapan emosi kita.

Silakan mengekspresikan empati, seperti bersedih atau menangis tetapi jangan berlebihan dan fokus kepada energi positif untuk ditularkan kepada korban. Salah cara pemulihan trauma yang baik dilakukan bersama orang yang dicintainya seperti keluarga atau sahabat terdekat. Kita tidak perlu menyuruh move on secepatnya tetapi sampaikan kepada korban, bahwa peristiwa buruk bisa menjadikannya orang yang lebih kuat.

Usahakan keluarga korban menciptakan dan membangun suasana lingkungan yang aman, terutama saat terjadinya panic attack. Korban tiba-tiba kembali dalam kejadian yang pernah dirinya alami, sikap kita menjelaskan bahwa korban berada di tempat yang aman. Ada baiknya trauma healing dilakukan oleh profesional seperti psikolog.

Terima kasih sahabat sudah berkunjung dan memberikan waktu luangmu untuk sejenak membaca pacaran kelewatan batas sebagai awal hubungan tidak sehat, semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan untuk kita semua. Berikan komentarnya atau ada yang ingin ditanyakan?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.