Lupakan mantan adalah langkah pendewasaan diri (baca: putus cinta) karena kamu akan belajar menyayangi dan menerima diri sendiri, serta pentingnya memiliki tujuan berpacaran bukan sekadar bersenang-senang saja. Ya, berpacaran kamu tidak hanya berinvestasi pada perasaan saja, tetapi juga waktu dan biaya yang tidaklah sedikit jumlahnya.
Perlu kamu pahami, apakah itu pacaran, putus cinta, atau proses move on tiap orang itu berbeda-beda tidak bisa kamu samakan, ataupun memaksakan diri untuk ikut versimu.
Misalnya, kamu menginginkan pacarmu harus berperilaku sama dengan mantanmu. Atau, buru-buru jadian agar tidak kesepian agar bisa melupakan mantan.
Karena masing-masing individu punya pola hubungan dan latar belakang kehidupan (baca: kebiasaan) yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan treatment yang berbeda pula untuk move on. Ada individu yang suka menyendiri, ada pula yang suka ditemani oleh sahabat atau keluarganya.
Tanda-tanda awal yang terjadi ketika kamu putus cinta dan menjalani proses move on adalah kesulitan untuk mengubah kebiasaan yang sering kamu lakukan bersama mantan dulu.
Apakah itu satu minggu berlalu, satu bulan, hingga tiga bulan lebih. Kamu merasa menjalani hidup yang kosong karena tiap waktumu selalu ditemani oleh mantan.
Hal ini bisa terjadi apabila selama pacaran, kamu terlalu sering menghabiskan waktu bersama pacar. Tak jarang, kamu sangat bergantung dengan pacarmu.
Kebiasaan ini menciptakan pola tidak sehat dalam hubungan cintamu, contohnya kamu mengerjakan tugas studi pacarmu, hampir setiap hari kamu antar-jemput pacarmu, bahkan masa depanmu juga diatur oleh pacarmu.
Efeknya rutinitas yang sering kamu lakukan bersama pacarmu dalam hubungan tersebut, malah membuat pacar merasa jenuh (baca: bosan) dan minta break dengan alasan butuh waktu untuk sendiri.
Tak jarang, kamu marah dan kesal karena kaget mendengar alasan pacarmu itu. Muncullah pikiran dari dirimu, “Apa salahku. Aku sudah setia, perhatian, dan menuruti kemauannya”.
Akhirnya hubunganmu menggantung, kamu pun menunggu dan menunggu sampai beberapa bulan berlalu di masa break itu. Belum ada tanda-tanda dari pacarmu ingin kembali melanjutkan hubungannya.
Masa ketidakjelasan ini, kamu cenderung melarikan diri pada studi atau karirmu. Bahkan, kamu tidak melirik orang lain yang ada di sekitarmu. Di sisi lain, kamu mengetahui pacarmu sering keluar bareng dengan teman-temannya.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan hal itu, tapi kamu aneh melihat kedekatan pacarmu dengan salah satu temannya. Ketika kamu bertanya pada pacarmu, “Katanya hanya teman biasa”.
Kamu juga menanyakan kabar hubunganmu pada pacar, jawaban yang diberikan pun tidak jelas kayak menggambang. Melihat hubunganmu yang menggantung bersama pacar, kamu pun berpikir untuk mengevaluasi hubunganmu.
Ya, kamu menyadari masa break itu membuatmu kehilangan kebersamaan dan kebiasaan dengan pacarmu. Kamu pun masih menyayanginya dan berkomitmen melanjutkan hubunganmu ke tahap selanjutnya. Namun, di sisi lain kamu juga melihat ketidakcocokan antara dirimu dengan pacar.
Setiap masalah yang terjadi memang berhasil diselesaikan dengan catatan, “Aku selalu mengalah, aku juga berusaha menuruti segala kemauannya, segala perjuanganku tidak pernah dihargainya, komunikasi yang terjadi tidak pernah dua arah, hingga hal-hal yang membuatmu kurang sreg dengan pacar”.
Evaluasi ini membuatmu mulai mempertimbangkan kelanjutan hubunganmu ke depan bersama pacar, bahkan alasan untuk minta putus semakin kuat di benakmu.
Apabila dilanjutkan hubunganmu bersama pacar ke depannya, kamu lebih banyak berkorban daripada berjuang bersama-sama. Nah, tahapan evaluasi ini menumbuhkan rasa sayang terhadap dirimu dan kamu pun siap dengan segala konsekuensinya.
Efeknya kamu berani menanyakan kejelasan dari status break hubunganmu, apa yang pacarmu inginkan, hingga keinginanmu untuk mengakhiri hubunganmu yang menggantung selama beberapa bulan berlalu.
Memang setelah putus kamu masih sedih, marah, dan lain-lain. Namun, perasaan tersebut tidak seperti satu bulan pertama ketika pacarmu minta break.
Kamu tahu tidak nyaman terhadap perubahan kondisimu sekarang (baca: putus cinta). Namun, hati kecilmu juga berbicara, “Kalau aku tidak minta putus sekarang, aku akan lebih banyak berkorban dan makin sakit hati”.
Efeknya akan kamu rasakan setelah satu tahun, bahwa evaluasi hubungan cintamu dulu beserta kondisi putus cinta yang kamu alami merupakan proses pendewasaan diri.
Kamu lebih dewasa dalam bersikap dan berpikir jauh ke depan sebelum mengambil keputusan. Kamu juga belajar lebih mengenali dan menghadapi orang lain, serta menerima keadaan yang mungkin terjadi.
Perlu dipahami, pacar yang pilih break dalam hubungannya adalah tipe orang suka lari dari masalah dan tidak ingin lagi mencari solusinya. Pacar minta break sebenarnya orang yang ingin berpisah, tetapi masih ragu dan takut menyesal mengambil keputusan untuk minta putus. (Baca juga, putusin saja kalau pacarmu tidak punya prioritas dalam hubungannya).
Hubungan yang sehat itu, kedua pasangan bersama-sama berusaha mencari solusi atas setiap masalah yang muncul. Break diizinkan dalam hubungan cinta, tetapi waktunya paling lama satu minggu bukan berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya.
Waktu break, kedua pasangan bisa berpikir lebih jernih tanpa ada pengaruh dari pacar. Bukan menggunakan alasan break untuk mendekati orang lain (baca: pacar dijadikan cadangan), sehingga membuat hubungan jadi menggantung.
Oleh karena itu, ketika pacarmu minta break tanyakan apa alasannya dan berapa lama waktu breaknya. Apabila pacarmu minta waktu yang lama atau tidak jelas, dan alasannya tidak masuk akal itu artinya ia ingin pisah, tetapi tidak mau putus.
Kesimpulan lupakan mantan adalah langkah pendewasaan diri
Jangan berlebihan untuk mengungkapkan rasa cinta dan sayang, kenali dan pahami pola hubunganmu, serta jangan lupa untuk mengevaluasi hubunganmu. Ya, kamu harus memiliki tujuan yang jelas dalam berpacaran.
Apa sih misi visi kamu? Apakah pacarmu bisa mendukung visi misimu? Tidak mungkin kamu mau menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiranmu untuk seseorang yang tidak layak diperjuangkan.
Jika kamu menjalani pacaran bertahun-tahun lamanya, atau menunggu kejelasan dari hubunganmu yang menggantung berbulan-bulan lamanya (baca: alasan break).
Segera evaluasi hubunganmu sebagai tanda kamu menyayangi dan menghargai dirimu sendiri adalah kunci untuk mengakhiri hubungan agar proses move on berjalan lancar.
Karena kamu sendiri yang menjalani hidup bukan mantanmu. Ya, kebahagiaan itu diciptakan oleh kamu sendiri bukan dari mantan. Marah kepada mantan ataupun keadaan tidak akan menyelesaikan masalah. (Baca juga, ini untuk kamu yang baru diputusin pacar).
Terima kasih sudah berkunjung dan memberikan waktu luangmu untuk sejenak membaca lupakan mantan adalah langkah pendewasaan diri. Silakan bagikan artikel ini kepada pacar, teman, kakak, atau adikmu.
Bagaimana menurutmu? Yuk, berdiskusi untuk artikel ini atau ada yang ingin kamu tanyakan.