Home / Emosi Cinta / Ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya

Ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya

melek cinta tempatnya belajar cinta - curhat cinta online

Ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya seperti apa orangnya, apakah input kemarahannya bisa mengarahkan kepada sesuatu yang positif atau negatif. Dalam hubungan cinta tidak ada larangan untuk marah bahkan bisa dimengerti dan disarankan, silakan marah apabila menyangkut kepentingan dan kehormatan hubungan cintanya ke depannya.

Istilahnya ada perilaku dari salah satu pasangan yang bisa merusak dan membahayakan masa depan hubungannya setelah dinasihati secara baik-baik dan sopan tidak didengarkannya seperti perilaku yang egois, selalu menuntut agar dituruti keinginannya, mau menang sendiri, berselingkuh, menyalahkan kekasihnya terhadap sesuatu hal, dan lain-lain.

Ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya apabila ada sesuatu hal yang keterlaluan terjadi yang bisa membahayakan nasib masa depan hubungan cintanya

Kita pasti akan terkejut dan sedikit ada rasa ketakutan apabila melihat dan mengetahui sang kekasih marah, apalagi orangnya dalam menjalani hubungan cintanya adalah sosok yang santun, arif, bijaksana, memiliki ketenangan, suka mengalah, mudah tersenyum, suka melemparkan canda tawa, sabar dan lugas.

Sosok kekasih yang tenang dan sabar bisa berubah menjadi ekspresi kemarahan itu sangatlah wajar, ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya untuk menjaga dan merawat hubungan cintanya tetap berjalan lancar maupun bertahan di dalam satu jalur agar tetap stabil dan harmonis.

Sikap sang kekasih lebih menghindari untuk marah bahkan orangnya lebih suka melakukan komunikasi terlebih dulu untuk mengatasi dan menghadapi permasalahan yang terjadi dengan bersikap realitas logika olah pikir maupun olah rasa, namun kemarahan bisa saja muncul apabila hal tersebut bisa membahayakan masa depan hubungannya.

Nalar dari realitas logika atas olah pikir dan olah rasa memungkinkan salah satu pasangannya bisa untuk marah namun diperlukan adanya kesesuaian perkara, tempat, waktu dan pilihan bahasanya, istilahnya kita marah bukan untuk hal yang sepele.

Ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya itu sangatlah manusiawi karena berkaitan erat untuk menjadikannya sebagai sosok kekasih yang bijak dan pandai mengolah rasa yang tiada menjadi ada atas keinginannya dalam membentuk, mengembangkan dan merawat hubungan cintanya.

Sang kekasih memahami dan mengerti menjalani hubungan cinta seringkali memuat petuah mengenai karakter seorang manusia di dalamnya, jadi untuk memahami dan mengerti bagaimana bentuk hubungannya maka dirinya diwajibkan untuk belajar mengenal maupun memahami pasangannya seperti apa orangnya sehingga dirinya dalam menjalani hubungannya tidak bertindak gegabah yang bisa merugikan dirinya maupun hubungannya.

Kemarahan sang kekasih dalam menjalani hubungan cintanya sangatlah wajar, kalau tidak pernah satu pun kita menemukan sang kekasih marah itu malah tidak lazim atau ada yang tidak beres dalam hubungannya, apalagi input kemarahannya bisa mengarahkan kepada sesuatu yang positif atau membawa kebaikan di dalam hubungannya ke depan.

Namun jangan sampai ekspresi kemarahan dalam menjalani hubungan cintanya dijadikan sebagai suatu keteladanan yang absolut, bahwa input kemarahannya bisa mengarahkan kepada sesuatu yang negatif atau membawa keburukan di dalam hubungannya ke depan, istilahnya marahnya untuk hal yang sepele, sesuatu yang kecil malah dibesar-besarkan atau menciptakan sesuatu yang tidak ada seolah-olah menjadi ada.

Contohnya kita bersama sang kekasih sepakat menonton acara kesukaannya kita tetapi ketika acaranya berlangsung mengasyikkan dan menyenangkan, tiba-tiba sang kekasih minta pulang dengan alasan kita egois tidak mau memperhatikannya bahkan marah-marah tidak jelas dengan mengatakan tidak sayang lagi.

Contoh lainnya kita menuntut agar keinginannya kita dipenuhi atau dituruti oleh sang kekasih tetapi sayangnya kemampuan kekasih kita terbatas untuk memenuhi dan menuruti keinginannya kita hanya bisa memberikan B2 bukan B1 padahal secara kualitas B1 dan B2 adalah sama, sikap kita yang egois langsung tidak menghargai perjuangannya dengan cara menolak dan membuangnya bahkan mendiamkan sang kekasih berminggu-minggu lamanya.

Silakan marah dalam menjalani hubungan cinta asalkan dilakukan secara jelas dan utuh sesuai dengan perkara, tempat, waktu dan pilihan bahasanya, istilahnya kita marah tahu aturan mainnya bukan untuk hal yang sepele, marah itu diperlukan apabila membahayakan nasib masa depan hubungannya, baca juga semakin dekat ikatannya makin kecil bertengkar.

Kesimpulan ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya:

Dalam cinta tidak ada larangan untuk marah apabila menyangkut kepentingan dan kehormatan hubungannya ke depan, ekspresi kemarahan bisa saja muncul dari sang kekasih apabila ada sesuatu hal yang keterlaluan terjadi seperti perilaku egois pasangan yang bisa membahayakan nasib masa depan hubungannya. Silakan marah tetapi tetap diperlukan kesesuaian perkara, tempat, waktu dan pilihan bahasanya bukan untuk hal yang sepele.

Terima kasih sahabat sudah berkunjung dan memberikan waktu luangmu untuk sejenak membaca ketika sang kekasih marah sebagai representasi dirinya, semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan untuk kita semua. Ada tanggapan lain?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top