Home / Bebas Drama / Kenali pudarnya komitmen dalam hubungan cinta

Kenali pudarnya komitmen dalam hubungan cinta

Kenali pudarnya komitmen dalam hubungan cinta sering dijumpai terjadinya penyelewengan atas nama cinta seperti perselingkuhan, menjalani hubungan putus nyambung, hubungan tanpa status, teman tapi mesra, mengajak hubungan badan di luar nikah, suka mengingkari janji, sekedar memanfaatkan kekasihnya agar terpenuhi keinginannya, dan lain-lain.

Beberapa contoh di atas bukanlah akhir cerita penyelewengan atas nama cinta yang dipenuhi oleh perilaku-perilaku keegoisan maupun emosional di dalam hubungannya. Namun bisa jadi episode lanjutan dari cerita-cerita selanjutnya yang serupa, selalu ada babak baru, tokoh baru, maupun skenario baru yang mengatasnamakan cinta untuk memuaskan keinginan dan tingkah laku nafsu sesaat.

Lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan “apa ini yang namanya cinta”, katanya cinta itu harus diperjuangkan tetapi harus sampai kapan mau diperjuangkan. Kalau ujung-ujungnya cuma hanya diajak hubungan yang tidak jelas kapan ujungnya (pacaran berlama-lama).

“Dia janji kok mau serius menjalani hubungan sama aku tapi kenapa dia sekarang kok berubah tidak seperti dulu”, kenyataannya dia memang serius sama kamu untuk menjalani hubungan cinta tapi untuk hubungan yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak menentu arah ke depannya. Biasanya kalau dia sudah bosan, kamu akan langsung tinggalin melalui sikapnya minta putus secara sepihak.

“Dia sudah janji kok sama aku, kalau tahun depan mau melamar dan menikahi aku tapi kenapa dia mengingkari janjinya”, kenyataannya dia memang berjanji hanya berani ngomong di depannya kamu bukan di depannya orang tua. Sikapnya dia mengingkari janji sering dijumpai tiba-tiba menghilang atau pergi tanpa sebab yang jelas.

Tak heran ungkapan-ungkapan itu selalu saja muncul disebabkan pasangannya tidak memiliki visi misi yang sama atau niat dan tujuan yang baik dan benar sebagai bentuk pertanggungjawaban yang sudah menjadi kewajibannya dalam menjalin hubungan cinta.

Kenali pudarnya komitmen dalam hubungan cinta sering dijumpai adanya penyelewengan atas nama cinta berupa keegoisan di dalam hubungannya dan munculnya pertanyaan apa ini yang namanya cinta

Perlu dicermati lagi, pemikiran orang yang dewasa dalam menjalin hubungan cinta lebih banyak menekankan tindakan yang pasti dan jelas bisa dipertanggungjawabkan ke depannya juga tidak banyak mengumbar janji-janji manis “bukan mengumbar omongan belaka tapi take action yang nyata”. Contohnya dia berjanji dua tahun akan menikahi kamu maka dirinya akan menepati janjinya.

Sedangkan pemikiran orang yang labil dan suka lempar tanggung jawab dalam menjalin hubungan cinta lebih banyak menekankan tindakan seenaknya sendiri “memikirkan kepentingannya sendiri”, bahkan sering mengumbar janji-janji manis. Contohnya dia hanya berani mengajak pacaran berlama-lama tapi tidak jelas sampai kapan untuk memiliki hubungan yang serius, atau hubungannya putus nyambung.

Pengertian komitmen dalam hubungan cinta adalah seseorang yang memutuskan dengan mengerahkan segenap daya rasanya, pikirannya, tenaganya, dan usianya untuk kepentingan bersama dalam membangun kualitas hubungan cintanya dalam rangka jangka panjang “kurun waktu yang lama”.

Komitmen dalam hubungan cinta ada kaitannya dengan keikhlasan dalam menjalaninya tanpa mengharapkan imbalan apa pun, orang yang bersedia menjalin hubungan cinta maka dirinya bersedia secara ikhlas dan sabar untuk menjadi bagian dari hidupnya dalam membangun kualitas hubungan cintanya ke depan.

Adanya komitmen agar setiap orang yang menjalin hubungan cinta bisa total dalam menjalaninya untuk memunculkan sikap kasih sayang, saling manja, pengertian, ketulusan, ketenteraman, dan kebahagiaan. Adanya komitmen agar setiap orang yang menjalani hubungan cintanya bisa sepenuh hati bersama pasangannya.

Hubungan cinta tercipta bukanlah untuk kepentingan perorangan atau salah satu pasangannya saja, namun untuk kepentingan bersama karena hubungan cinta yang baik dan sehat adalah milik bersama bukan milik personal. Keberhasilannya terletak pada kemampuan kedua pasangan dalam menggelola dan mewujudkan kesejahteraan bersama dalam hubungannya.

Bukankah tujuan mulia dari hubungan cinta secara jelas tertanam dalam komitmennya, yakni untuk memperoleh kebahagiaan, ketenangan, dan ketenteraman lahir batin dalam jangka waktu yang lama dengan segenap jiwa raga untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam hubungannya ke depan.

Ketika seseorang sudah memutuskan untuk menjalin hubungan cinta dengan orang lain, dirinya ada kesadaran bahwa hidupnya sudah tidak untuk dirinya sendiri atau kepentingannya sendiri melainkan untuk kepentingan bersama, yakni membangun cinta bersama pasangannya sebagai rasa tanggung jawabnya untuk membangun kualitas keromantisan dan kemesraan hubungan cintanya ke depan.

Kesuksesan hubungan cinta diukur bukan seberapa tampan atau cantik pasangan yang dimilikinya, bukan seberapa kaya pasangannya, bukan seberapa tinggi status yang dimiliki oleh pasangannya, bukan seberapa populer dirinya dihadapan teman-temannya, dan bukan pula seberapa lama hubungan yang dimilikinya melainkan pada totalitas cintanya terhadap komitmen hubungan cintanya.

Totalitas cinta bukanlah hal yang sepele melainkan ada muatan nilai keikhlasan dan kesabaran sebagai wujud dalam membangun kualitas hubungannya, kalau orientasinya hanya untuk keuntungan atau kepentingan sesaat pada saat yang sama maka semua nilai-nilai tersebut akan ternodai.

Kenapa ternodai? hubungan cinta akan dilihat bukan lagi sebagai niat dan tujuan yang mulia dan indah tetapi akan dilihat sebagai sarana penguasaan nafsu-nafsu pribadi semata, hubungan cinta tidak lagi dipandang sebagai suatu amanah yang wajib dipegang tetapi kesempatan untuk memanfaatkan segenap akses buat mencapai tujuannya sesaat.

Contohnya perselingkuhan, hubungan tanpa status, teman tapi mesra, mengajak hubungan badan di luar nikah tapi menolak bertanggung jawab, menjual harga dirinya menjadi orang simpanan agar hidupnya enak dan nyaman di kemudian hari, dan lain sebagainya.

Kesimpulan kenali pudarnya komitmen dalam hubungan cinta:

Cerita penyelewengan atas nama cinta sering dijumpai adanya keegoisan di dalam hubungannya, muncullah pertanyaan “apa ini yang namanya cinta, katanya cinta harus diperjuangkan tapi sampai kapan mau diperjuangkan”. Ungkapan itu selalu saja muncul disebabkan pasangannya tidak memiliki niat dan tujuan yang baik dan benar sebagai bentuk pertanggungjawabannya dalam menjalin hubungan cinta.

Hubungan cinta yang baik bukan mengumbar omongan belaka tapi take action yang nyata, bukan pula pada tindakan seenaknya sendiri tapi memikirkan kepentingan bersama. Orang yang memutuskan menjalin hubungan cinta wajib mengerahkan segenap daya rasa, pikiran, tenaga, dan usia dalam membangun kualitas hubungannya ke depan.

Itu pun kalau kamu mau memiliki hubungan yang romantis dan mesra untuk jangka panjang, terima kasih sudah berkunjung dan memberikan waktu luangmu untuk sejenak membaca kenali pudarnya komitmen dalam hubungan cinta, silakan bagikan agar bermanfaat dan menjadi kebaikan untuk kita semua. Berikan komentarnya atau ada yang ingin ditanyakan?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top