Kamu ingin nikah muda? Cita-cita ingin menikah di usia 19 atau 21 tahun. Nggak masalah itu bagus asalkan kamu sudah mempelajari ilmu pernikahan sebelum menikah. Kenapa? Agar nggak muncul rasa penyesalan sesudah menikah akibat euforia cita-cita nikah muda.
Table of contents
Artikel ini bisa jadi topik yang berat bagi sebagian orang. Buka hati dan pikiranmu. Mohon dibaca pelan-pelan dari awal sampai selesai agar mendapatkan pemahaman secara utuh dan lengkap
Kamu kaget dengan realita sesudah menikah. Hari-hari yang dijalani terasa lebih berat dibandingkan sebelum nikah. Rutinitas yang dilakukan berulang-ulang tiap hari di rumah, hingga munculnya rasa penyesalan kalau pernikahan yang dilakukannya terlalu dini telah merenggut banyak hal dari kamu.
Pahami ya, soal menikah itu nggak hanya soal usia atau target ingin menikah usia muda saja. Bukan karena teman-temanmu sudah banyak yang menikah. Bukan pula mantanmu sudah menikah, atau tuntutan dari orang tua.
Baca juga ilmu pernikahan lainnya bisa kamu cek di bawah ini
- Jangan Menyepelekan Pemberian Pasangan Agar Hubunganmu Langgeng
- Cara Belajar Menerima Pasangan Apa Adanya Nggak Ada yang Sempurna
- Rasa Cinta Mulai Pudar Itu Terjadi Karena Malas Membangun Cintamu
- Ini Alasannya Perempuan Disarankan Punya Penghasilan Sendiri Sesudah Menikah
- Menikah Cowok Butuh Kesiapan Enggak Hanya Cinta atau Cocok
Silakan ingin nikah muda apabila kamu sudah bisa realistis dengan ekspektasimu. Kamu nggak terjebak dengan euforia cita-cita nikah muda
Karena menikah kamu akan tinggal satu atap dengan dia selamanya dengan berbagai kehidupan yang baru. Pernikahan nggak hanya berbagi masa-masa indah saja. Tapi juga ada masa-masa suramnya.
Kamu siap menikah, artinya kamu mau belajar menerima ketidaksempurnaan dia. Kekurangan dan kelebihannya, karakter dan prinsip yang dia pegang, hingga kebiasaan buruk dan ngambeknya. Seperti apa wajah dia yang asem ketika bangun tidur itu pun kamu harus pahami.
Nggak apa-apa ingin nikah muda asalkan kalian sudah benar-benar siap secara mental untuk bertanggung jawab dan paham akan statusnya setelah menikah. Kamu nggak bisa semaunya sendiri setelah menikah. Apa pun yang mau kamu lakukan harus didiskusikan dulu sama pasangan.
Menikah muda, kamu dan dia sudah saling cocok dan mencintai satu sama lainnya. Bukan karena faktor lain, seperti target ingin menikah di usia 19 tahun, teman-temanmu sudah banyak yang menikah, mantanmu sudah menikah, atau tuntutan dari orang tua.
Kalian sudah mendapatkan restu yang ikhlas dari orang tua masing-masing. Apa maksudnya restu yang ikhlas? Orang tuamu menerima dia secara lapang dada, utamanya status keluarga maupun pekerjaan yang dia miliki. Ini penting untuk keharmonisan rumah tangga kalian ke depannya.
Kamu dan dia sudah memiliki penghasilan yang memadai. Hingga kalian merasa kuat dan cukup untuk menikah. Pahami ya, menikah nggak cukup bermodalkan cinta dan sayang saja karena ada tagihan yang harus dibayar dan kebutuhan hidup harus dipenuhi.
Kamu dan dia punya alasan kuat yang sama. Pilih menikah muda daripada berzina. Perilaku yang sangat dibenci oleh Tuhan. Kalian berpikir legalitas hubungan seksual yang sesuai dengan norma agama dan sosial.
Ingin nikah muda asalkan kamu sudah belajar berkomunikasi secara terbuka dan asertif dengan dia sewaktu tahap pengenalan/pacaran. Ini untuk membantu kalian saling percaya dan jujur satu sama lainnya
Komunikasi secara terbuka dan asertif agar kalian bisa nyaman saling berkomunikasi berbagai hal secara terbuka (jujur satu sama lain). Dari kenyamanan ini bisa menyelesaikan masalah/konflik yang terjadi terselesaikan dengan baik.
Selain itu, kalian sudah bisa melakukan pembicaraan pembagian peran rumah tangga secara adil dan seimbang. Pilihan pembagian peran yang disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan pasangan.
Berdiskusi dan menyepakati bersama pembagian peran rumah tangga bukan hanya tugas dari salah satu pihak saja. Misalnya, istri yang memasak. Istri juga yang mengantarkan anak ke sekolah.
Istri juga yang membersihkan rumah tiap minggu. Pembagian peran ini harus seimbang dan adil, seperti suami siap saat diminta tolong, mengantarkan anak ke sekolah, atau membantu membersihkan rumah tiap minggunya.
Kalian berdiskusi pembagian peran sebelum menikah sebagai mitra yang sejajar, artinya kalian sudah ada niatan ingin menjaga dan membangun keintiman hubungan rumah tangga yang sehat.
Karena faktor kenyamanan dan kedekatan kalian bisa membuat hubungan rumah tangga tetap erat dan harmonis. Dua rasa itu bisa membuat rasa cinta kalian semakin meningkat, terutama saat di usia tua.
Sebelum menikah, kamu dan dia sudah ada pemahaman “nggak ada manusia yang sempurna” atau nggak ada manusia seperti ekspektasimu sendiri. Fokuslah pada hal-hal baik dan positif yang ada pada diri pasangan bukan berfokus pada kekurangannya.
Bahasa gaulnya, kamu dan dia bisa belajar evaluasi hubungan dari tahap pengenalan/pacaran. Ini untuk menunjang kehidupan hubungan kalian jadi lebih baik. Ya, komitmen untuk siap evaluasi hubungan mana saja yang sudah baik dan perlu dipertahankan. Mana saja yang perlu diperbaiki lagi.
Kamu atau dia nggak lagi ngomong “Aku” atau “Saya”, tapi sudah kata “Kita.” Kata “Kita” menunjukkan kalian siap bekerja sama dalam menyelesaikan konflik yang terjadi, saling memberikan pujian, hingga menjaga komunikasi satu sama lainnya.
Kesimpulan ingin nikah muda
Kalian mau belajar ilmu pernikahan sebelum menikah itu, termasuk usaha membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Kamu nggak muncul pikiran yang berujung penyesalan setelah menikah.
Belajar ilmu pernikahan sebelum menikah itu sama artinya, kamu mempersiapkan mentalmu sebelum memulai hubungan yang sehat dengan dia. Contohnya, Jika kamu masih punya masalah di masa lalu, seperti trauma atau kebiasaan burukmu. Kamu mau menyelesaikan dulu masalahmu itu.
Kamu yang berencana nikah muda disarankan berusia 22 tahun ke atas. Dari sisi psikologis usia di bawah 22 tahun, utamanya 19 tahun masih masuk usia remaja. Usia tersebut masih ada kecenderungan baru mau berpikir jangka panjang.
Lebih baik menikah di usia 25-30 tahun karena sudah melewati masa dewasa awal. Usia tersebut sudah bisa mengambil keputusan jangka panjang, termasuk pula risiko-risikonya.
Pahami ya, menikah bukanlah akhir dari suatu hubungan melainkan awal dari hubungan yang baru. Awal kehidupan yang baru ke depan penuh dengan tantangan dan masalah itu perlu kamu pahami juga.
Terima kasih bagi kamu yang sudah membaca artikel ini sampai selesai. Tinggalkan komentar di bawah kalau masih ada yang kurang dimengerti. Oh ya, jangan lupa follow @ruang cinta di Instagram khusus yang mau belajar tentang hubungan cinta.
Mau curhat? Kamu menginginkan solusi yang lebih profesional bisa masuk ke menu layanan curhat untuk berkonsultasi dengan konselor kami. Pastikan kamu sudah subscribe biar nggak ketinggalan insight dan update-an terbaru tiap bulannya.