Biar gak kaget habis nikah, pahami mindset kehidupan pernikahan dan ekspektasimu sebelum menikah akan berbeda setelah menikah. Agar gak muncul anggapan menikah itu gak menyenangkan, “Kok gak seindah yang kubayangkan. Sewaktu pacaran, dia orangnya pendiam, kalem. Tipe-tipe yang gak akan pernah bisa marah.”
On this stories
Mungkin artikel pranikah ini berat bagi sebagian orang, mohon disimak pelan-pelan sampai habis untuk dapat pemahaman yang utuh
Menikah bukan sekadar siap dan ingin atau alasan usia yang deadline. Kebahagiaan bukan juga diukur dari kamu sudah menikah atau belum. Menikah adalah bab hidup selanjutnya akan kamu jalani menghadapi realitas kehidupan yang keras.
Munculnya anggapan menikah itu gak menyenangkan gak seindah pacaran, penyebabnya kamu kaget habis menikah yang berbeda jauh sama ekspektasimu sebelum menikah. Menikah bukan malah membuatmu bahagia, tapi kamu jadi stres dan mengubahmu jadi pribadi bermental victim.
Yang suka ngedrama dengan ceritain masalah rumah tanggamu di media sosial, atau sering berantem karena alasan merasa paling lelah, merasa paling berjuang. Seperti beberapa contohnya di bawah.
- “Sampe rumah suami sibuk main HP. Jarang ngajak main anak, jadinya anak ga terlalu dekat sama papanya”
- “Suami kerjaannya komplain kalau saya mulai cuek sama dia. Gak mau bantuin ngurus anak, saking sibuknya sama anak. Saya sampe lupa ngurusin suami”
- “Lebaran selalu keluarga aku kebagian yang terakhir dikunjungi pas lebaran”
- “Udah gak mau bantuin ngurus anak. TerKadang aku sudah cape seharian ngurus anak dan suami mau, tapi ga aku layanin. Ga tau deh dia marah apa ga, tapi mukanya jutek”
- “Perasaan dulu pas pacaran sering dicium, udah satu tahun nikah malah jarang dicium”
- “Saya kasi uang belanja buat sebulan, belum apa-apa udah abis emang gak cukup duit segitu”
- “Habis nikah suami minta saya keluar dari pekerjaan. Gak nurut kata suami dikatain istri durhaka, trus sekarang pengeluaran banyak dan income cuma satu pintu. Berantem mulu deh”
- “Dulu waktu pacaran bebas main futsal kapan aja, udah kawin dibatasin waktu main futsalnya”
- “Kesel banget liat suami suka nongkrong sampe larut malam. Besoknya pasti bangun kesiangan!”
Yang suka nonton video, kamu bisa play video tanyakan 3 hal utama memilih pasangan yang baik pada dirimu sebelum menikah di bawah
Ingat, pacaran lama gak menjamin kamu sudah mengenal betul literasi pasanganmu. Apa alasannya? Interaksi kalian sewaktu pacaran dulu sangatlah terbatas, sedangkan menikah interaksi kalian 24 jam dan hidup satu atap. Jadi, tau semua kelakuan dia yang jarang diperlihatkan sewaktu pacaran dulu.
Tanyakan dulu 3 pertanyaan ini pada dirimu sebelum memutuskan menikah sama dia.
- Sudah seberapa yakin kamu cocok sama dia?
- Sudah seberapa cocok dia untuk dijadikan pasangan hidupmu?
- Bisakah dia jadi mitra yang melengkapi kamu?
Baca juga:
- Tips Memilih Pasangan Hidup yang Baik (Belajar dari Maudy Ayunda)
- Kamu Yakin Siap Menerima Sifat Asli Dia Setelah Menikah?
- 3 Cara Mengetahui Karakter Asli Pasangan Lewat Pertanyaan Kepribadian
3 hal utama memilih pasangan yang baik sesuai kebutuhanmu sebelum menikah agar tercipta kehidupan pernikahan yang sehat dan langgeng
Bisakah dia melihat kamu sebagai partner atau mitra hidup?
Ingat, tujuan kamu adalah menikah. Berarti kamu membutuhkan sosok pasangan yang mau mendukungmu, atau yang bisa menggapai hal-hal yang kamu inginkan dalam kehidupan pernikahan. contohnya saja, setelah menikah kamu masih ingin terus berkarir. Kamu membutuhkan sosok pasangan yang bisa menjadikan kamu sebagai partner dalam kehidupan pernikahan.
Alias, kamu butuh pasangan yang mau menjalankan berbagai hal bersama. Kamu ingin punya pasangan saling berkontribusi dalam segala hal, termasuk urusan rumah tangga. Bahasa gaulnya, kamu pengin punya pasangan yang mau support untuk hal-hal yang berhubungan dengan ngurus anak, atau urusan rumah tangga lainnya.
Apakah kamu dan dia punya pandangan yang sama?
Poin kedua ini, pasti sudah sering kamu dengar. Meski terlihat sepele, tapi besar pengaruhnya untuk kehidupan pernikahanmu ke depan. kamu pasti gak mau berpasangan hanya sebatas status saja, gak hanya sebatas kesamaan visi misi tentang masa depan, atau hal-hal yang ingin dicapai di masa depan.
Pasti kamu membutuhkan pasangan yang memiliki kesamaan pandangan tentang kehidupan pernikahan ke depan. Kamu pasti mencari pasangan yang memiliki gaya hubungan saling berkontribusi layaknya partner atau mitra hidup. Bahasa gaulnya, apakah kamu dan dia punya konsep relationship goal yang sama sebelum menikah maupun setelah menikah?
Baca juga:
- Pacaran Lama Belum Siap Menikah Beda Usia 8 Tahun (Curhat)
- Pacar Ngebet Pengen Nikah, Tapi Kamu Belum Siap Gunakan Cara Ini
- Suami Saya Berubah Setelah Menikah Tidak Seperti Saat Masih Pacaran
Sudahkah dia bisa membuat kamu merasa nyaman?
Pasti kamu setuju menjalani sebuah hubungan membutuhkan kenyamanan? Sosok pasangan yang bisa membuatmu merasa dimengerti dan diterima sama dia. Kamu bisa nyaman untuk berkata jujur atas apa yang kamu rasakan dan pikirkan, juga nyaman untuk berbagi perasaan terdalam untuk membangun kepercayaan yang kuat.
Gampangnya, kamu gak merasa kayak ada pressure saat bersama dia. Sosok pasangan yang mampu membuatmu merasa nyaman untuk menopang melakukan berbagai hal bersama. Bahasa gaulnya, kamu menginginkan dia bisa menjadi support system yang sehat dalam kehidupan pernikahanmu.
Semoga artikel pranikah ini bisa membantumu memilih pasangan sesuai kebutuhanmu sebelum menikah. Terima kasih sudah membaca biar gak kaget habis nikah. Suka postingan ini? Kamu bisa sharing ke teman-temanmu supaya mereka dapat value yang sama. Sampai jumpa di artikel berikutnya.
Yang ingin curhat menginginkan solusi profesional dari konselor via chat bisa langsung ke curhat konselor. Pastikan kamu subscribe melek cinta biar gak ketinggalan update terkini soal relasi cinta.
Pantau terus Youtube Melek Cinta, Instagram Ruang Cinta, dan Facebook Melek Romansa untuk update literasi pasangan sebelum menikah.
Tinggalkan komentarmu bila masih ada kurang dimengerti, atau kamu punya pengalaman yang sama bisa berbagi. Bisa jadi kita semua bisa belajar dari pengalamanmu.