Kalau kita berpacaran sekedar untuk status bukan zamannya lagi, kenapa? niat dan tujuan kita untuk berpacaran sering dijumpai gengsi kalau dikatakan jomblo atau tidak laku. Akhirnya kita terburu-buru secepat kilat untuk mencari seorang pacar dan efek ke belakangnya bisa membuat kita jadi tidak bahagia.
Kita sering galau dalam hubungannya karena masih bingung bagaimana mengatasi kejenuhan hubungannya, bingung kenapa pacarnya kok tiba-tiba berubah, bingung menemukan jalan keluarnya ketika ada konflik, mengancam minta putus karena pacarnya tidak bisa sensitif atau tidak bisa peka mengerti keinginannya, apa-apa minta break, atau pakai acara putus nyambung.
Semua itu tercermin dari respon kita lebih memilih suka punya pacar daripada jomblo dengan alasan klasiknya takut kesepian, supaya ada yang menyemangati atau punya teman jalan saat weekend. Di sisi lainnya kita ingin punya pacar tetapi tidak mau diatur sama pacar “ingin ada kebebasan”, kalau pacar mengatur kita selalu dikatakan orangnya mengekang.
Berpacaran sekedar untuk status bukan zamannya lagi karena nanti efeknya kita jadi orang yang egois dan sering mudah galau merasa terbebani secara mental dan pola pikir dalam hubungan cintanya
Berawal dari niat dan tujuan kita berpacaran karena malu dikatakan jomblo bukan serius untuk berkomitmen, tak heran kita lebih suka menuntut sama pacar lewat sikap ribet minta ini dan itu untuk dituruti semua keinginannya kita. Sikap kita menjalin pacaran bisa dikatakan hanya untuk status palsu bukan ketulusan cinta.
Niat dan tujuan kita untuk apa menjalin cinta bisa menentukan sukses atau gagalnya sebuah hubungan cinta ke depannya, jadi kalau kita tidak mau dipermainkan. Jangan suka menuntut untuk dituruti semua keinginannya kita atau pun menjalin cinta hanya melihat ketampanan, kecantikan atau kemapanan saja tetapi nikmati dan cintai apa yang sudah ada di depannya kita.
Kalau kita mau berpacaran hanya sekedar mencari status belaka atau mengejar sesuatu yang romantis dalam hubungannya itu sama saja artinya kita masih ingin bermain-main dulu “belum mau serius”, tetapi fokuslah untuk sanggup mengutamakan kepentingan bersama bisa melatih kita jadi pribadi yang dewasa secara mental maupun pola pikir.
Kenapa? kita tidak lagi egois dalam hubungannya karena kita mampu mengalahkan keinginannya sendiri, hubungan cinta itu proses belajar bukan langsung romantis dengan sendirinya tetapi perlu belajar dan belajar. Istilahnya kita berpacaran untuk belajar memanajemenkan semua hal, mulai dari proses PDKT, pengenalan sampai memutuskan ke arah mana keseriusan hubungannya.
Dari sana kita bisa mempelajari satu sama lainnya seperti apa konsep hubungannya, apa visi misi ke depannya, bagaimana daya juang dan daya tahannya, bagaimana kekurangan dan kelebihannya, bagaimana mencari titik temunya untuk mencari jalan keluar terbaiknya apabila ada konflik yang muncul.
Paling utamanya bagaimana satu sama lainnya bisa saling support menghabiskan waktu bersama-sama untuk membahagiakan dan menyenangkan pasangannya, saling memberikan perhatian dan tindakan nyata tanpa diminta. Kalau kita tidak bisa melakukan hal itu masih sukanya menuntut untuk dituruti keinginannya, apalagi kita merasa punya pacar seperti terbebani tidak bisa bebas.
Lebih baik pilih jomblo daripada galau punya pacar, kenapa? kita pilih jomblo punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan kualitas diri dan hidup kita jadi lebih sehat. Bebas dari stres karena kita punya banyak kenalan, bisa fokus untuk upgrade diri tiap waktunya, mencairkan suasana dengan hobi kita setelah break, kita bisa semakin akrab dan mesra bersama keluarga atau sahabat kita.
Kalau kita sering galau punya pacar artinya kita membuang-buang waktu, pikiran, tenaga dan usia kita untuk hal yang sia-sia, kenapa? tiap harinya kita selalu dihabiskan untuk berpacaran dan mengabari pacar. Semua kegiatan tersebut bisa membuat dunia kita jadi sempit “katak dalam tempurung”, akhirnya kita tidak ada waktu buat diri sendiri, keluarga atau sahabat kita.
Kita ingin berpacaran sering dijumpai ingin tahu rasanya didekati sama orang yang kita sukai dan serunya jalan berduaan, namun jangan sampai melanggar norma dan etika bermasyarakat “paham batasan berpacaran” karena kita berpacaran sama anaknya orang di belakangnya ada aturan yang mengikat, baik itu secara tertulis maupun tidak tertulis.
Kalau kita berpacaran masih sekedar ikut-ikutan karena takut kesepian, jomblo atau menginginkan status belaka menandakan kita masih belum bisa berpikir abstrak, istilahnya kita belum mampu berpikir jauh ke depan tentang konsekuensi logis dari keputusan yang kita ambil “belum bisa selektif dalam menentukan keputusan hidup”.
Kalau kemampuan berpikir abstrak kita sudah mulai terasah terbukti dari kita bisa membangun keintiman hubungannya dan memiliki pertimbangan secara matang dalam memilih pasangan, kita tidak bingung hubungannya mau dilanjutkan ke arah mana bukan tiba-tiba putus ditengah jalan atau pakai acara putus nyambung.
Kalau kemampuan berpikir abstrak kita sudah terasah bisa mengetahui dengan jelas, apakah hubungannya itu berkembang atau tidak “sehat atau tidak”, ketika hubungannya tidak berkembang dan tidak menemukan adanya keseriusan dalam hubungannya bahkan identitas diri kita mulai goyah “perbedaan visi misi”.
Kita bisa langsung memutuskan saatnya minta putus daripada menjalani hubungan yang sudah tidak sehat lagi ke depannya, kalau kita masih menjalani hubungan yang sudah tidak sehat lagi maka peran kita untuk membangun kualitas hubungannya semakin kecil. Kenapa? kita hanya menyita waktu dan pikiran kita jadi terbuang sia-sia disebabkan emosi pacar yang masih labil.
Kesimpulan berpacaran sekedar untuk status bukan zamannya lagi:
Kalau berpacaran karena takut kesepian, takut dikatakan jomblo, ada yang menyemangati atau punya teman jalan saat weekend. Kita akan sering galau dalam hubungannya, kenapa? kita akan lebih suka menuntut sama pacar lewat sikap ribet minta ini dan itu untuk dituruti semua keinginannya kita, tak heran kita jadi orang egois karena mengutamakan keinginannya sendiri.
Efeknya kita sering galau walaupun punya pacar karena kita terbebani secara mental dan pola pikir, kalau kita tidak mau dipermainkan. Jangan suka menuntut untuk dituruti semua keinginannya, jangan pula berpacaran hanya melihat ketampanan, kecantikan atau kemapanan saja tetapi nikmati dan cintai apa yang sudah ada di depannya kita.
Terima kasih sahabat sudah berkunjung dan memberikan waktu luangmu untuk sejenak membaca berpacaran sekedar untuk status bukan zamannya lagi, semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan untuk kita semua. Berikan komentarnya atau ada yang ingin ditanyakan?