Belajar cinta bukan belajar egosentris tapi belajar mengenal apa itu dinamika sosial dalam dunia cinta. Kamu nggak disuruh untuk belajar teori-teori cinta atau rumus agar si dia jatuh cinta. Jika kamu hanya berfokus itu nggak kaget akan bingung hadapi konflik yang terjadi, bingung mau ngobrol apa ketika PDKT, atau kaget si dia tiba-tiba berubah.
Jika kamu mengatakan pacaran itu untuk belajar cinta. Yang ada kamu akan keliru menjabarkan perasaan cinta dengan perasaan ketertarikan. Baru kenal sebulan atau tiga bulan kamu akan ngomong tentang soal cinta dan kesetiaan yang tulus.
Fokusmu hanya pada ketertarikan yang selalu berbicara keromantisan hubunganmu saja “Kalau pacaran biar romantis harus begini”, atau penampilan luar dari si dia saja. Kamu suka dia karena orangnya cantik, menarik, dan supel. Kamu suka sama cowok itu karena dia punya status sosial yang bagus dan orangnya menyenangkan.
Apa yang terjadi? Kamu nggak bisa diajak ngomong serius, nggak punya ambisi dan tujuan, benci dikritik, cemburu dan suka bereaksi berlebihan, pemalas dan arogan, hingga nggak mau mengakui kesalahan, tapi balik menyalahkan pasangan.
Hal ini terjadi karena kamu nggak sempat berpikir untuk belajar mengenali dia dan membentuk karakter hubunganmu mau dibawa ke arah mana. Kamu akan cenderung hubunganmu bersifat egosentris, kamu lebih peduli terhadap kepentingan diri sendiri daripada pasangan.
Baca juga belajar cinta tentang cowok itu sosok seperti apa
- Cara Membuat Pria Selalu Ingat Terus dan Rindu Berat Sama Kamu
- Cowok Romantis Seperti Apa Bentuknya Pastinya Bukanlah Sok Romantis
- Menikah Cowok Butuh Kesiapan Nggak Hanya Cinta atau Cocok
Belajar cinta bukan belajar egosentris agar kalian bersama-sama belajar membentuk pola pikir dan pola rasa yang ideal dalam hubungannya
Pembentukan karakter dalam hubungan kalian berkaitan erat dengan tujuan dan visi misi masing-masing pasangan. Apa niat dan tujuan kalian berpacaran? Apabila dari awal sudah ada perbedaan niat dan tujuan bisa memengaruhi kelanjutan hubungan ke depan, seperti hubungan yang digantungin.
Jika pacar masih punya mental yang labil, maka dia akan punya karakter yang manja atau terlalu bergantung sama kamu nggak bisa mandiri orangnya. Belum lagi dia bisa egois orangnya dan mengekang hidupmu secara berlebihan (posesif). Pacar yang labil akan memiliki pribadi gampang menyerah dan mudah menyalahkan kamu apabila ada keinginannya nggak terwujud.
Pacar berkarakter egosentris akan memperlakukan kamu secara overprotektif semua aktivitas hidupmu. Ya, hidup kamu akan diatur sama dia, apa pun yang kamu lakukan harus melaporkan atau memberitahukan semuanya sama dia. Kamu harus turuti semua aturan yang dibuat sama dia tanpa terkecuali.
Jika kamu biarkan terlalu lama, maka kamu akan terjebak pada toxic relationship. Bila kamu nggak mau itu terjadi, maka kamu harus punya rules dan disiplin dalam hubunganmu. Kamu dapat bersikap tegas dengan memberikan pengertian, beserta konsekuensinya apabila ada keinginannya di luar batas kewajaran dan kemampuanmu.
Kamu nggak dapat bersikap tegas dalam hubunganmu. Pacarmu bisa bertindak seenaknya sendiri atau bersikap sewenang-wenang, seperti nggak bisa menghargai perjuangan dan pengorbanan kamu untuk menyenangkan dan membahagiakan dia. Saat ada masalah dia pilih mendiamkan kamu berminggu-minggu, atau minta putus sepihak tanpa tahu apa alasannya.
Baca juga belajar cinta tentang cewek itu sosok seperti apa
- Hidupmu Minim Drama Dapat Dikategorikan Sebagai Cewek Dewasa
- Dibalik Cewek Jutekin Cowok Itu Nyuruh Kamu Stop Dekatin Dia
- Naksir Cewek Lebih Tua Ini yang Perlu Kamu Perhatikan
Dengan kamu belajar cinta bisa tahu fase hubungan cinta itu, mulai dari fase Pre-Relationship, In-Relationship, dan Post Relationship
Pada fase pre-relationship atau gampangnya kamu mengenalnya dengan tahap suka, kenal, PDKT. Tahap awal ini kamu menyukai dia yang berawal dari ketertarikan seksual dan sosial. Kamu suka cewek cantik dan supel. Kamu suka cowok berstatus sosial yang bagus dan orangnya menyenangkan. Apakah ini bisa dikatakan perasaan cinta?
Kebanyakan pada tahap ini baru faktor ketertarikan dulu belum ngomong banyak soal cinta. Kok bisa? Tahap ini bagi cowok akan mengejar cewek yang dia sukai agar jatuh cinta, seperti rutinitas antar jemput, chatting tiap hari, hingga belikan hadiah dari harga ribuan sampai jutaan rupiah. Sedangkan cewek akan sibuk jual mahal, dandan cantik, bahkan jaim.
Itulah yang kamu lakukan apabila nggak berfokus belajar cinta (ilmu relasi). Di sisi lain, kamu juga punya sikap gampang menyerah dan punya ekspektasi nggak realistis dalam hubunganmu. Kamu beranggapan pacar punya kewajiban bertanggung jawab atas segala tumpuan dan harapan untuk membahagiakan kamu.
Ini membuat kamu jadi pribadi “unrealistic expection” tanpa mempertimbangkan perasaan, bakat, kemampuan, tenaga dan minatnya pacarmu. Harapan nggak realistis dari kamu bisa membuat beban tersendiri bagi dia. Lama-lama pacarmu bisa stres untuk memenuhi harapanmu itu.
Pacarmu sudah berusaha kuat membahagiakan dan menyenangkan kamu, tapi sayangnya harapan nggak realistis yang kamu miliki nggak sejalan dengan atas apa perjuangan dan pengorbanan pacarmu lakukan. Ini membuat dia bisa stres berpacaran sama kamu. Ujung-ujungnya hubungan jadi hambar atau dia minta putus karena sudah nggak kuat sama kamu.
Kesimpulan belajar cinta bukan belajar egosentris
Kamu belajar cinta bukan belajar untuk jadi pribadi yang egosentris, tapi bersama-sama belajar membentuk pola pikir dan pola rasa yang ideal dalam hubungan kalian. Belajar mengenal seperti apa pribadi dia, bentuk tanggung jawabnya terhadap terhadap hubungan.
Mencari tahu komunikasi dia seperti apa yang sesuai dengan kamu, jalan keluar seperti apa yang nggak menyakiti kalian berdua apabila ada konflik, dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka untuk mengetahui seperti apa harapan masing-masing pasangan agar terhindar dari ekspektasi nggak realistis.
Terima kasih yang sudah membaca artikel ini sampai selesai. Tinggalkan komentarmu apabila masih ada yang kurang dimengerti.
Jangan lupa follow Instagram @ruang cinta berfokus membangun cinta berkualitas, ekspektasi yang realistis, dan mindset yang sehat + Persoalan toxic relationship, broken relationship, premarital, dan bad marriages.
Ingin curhat? Kamu menginginkan solusi lebih profesional dari konselor langsung ke menu layanan curhat. Pastikan kamu subscribe dengan menyalakan notifikasi agar nggak ketinggalan update terbaru dari KCS Academy.